Di sebuah sudut Bandung, ritme dangdut bernuansa Elvy mengalun pelan dari speaker kecil. Nada itu menyatu dengan layar ponsel yang menampilkan Mahjong Ways 2 berkecepatan tinggi.
Sang penjual gadget online, kita sebut Raka, menyandingkan musik dengan fokus visual. Ia menyebut kombinasi ini sebagai “vibes quantum” yang menyeimbangkan emosi dan timing.
Dari kebiasaan unik itu, Raka mengakumulasi Rp87.400.000 dalam beberapa pekan. Dana tersebut ia belokkan untuk merintis toko VR experience yang kelak dipasarkan melalui DOME234.
Raka tidak mengejar sensasi keberuntungan; ia mengejar ritme. Ketipung dan bass menjadi metronom yang membatasi jeda pengambilan keputusan.
Begitu tempo naik, ia mengaktifkan mode cepat pada game ini. Saat tempo turun, ia kembali menenangkan pandangannya dan mengatur jeda.
“Musik dangdut itu bikin kepala saya terstruktur,” ujar Raka. “Kalau Turbo saya nyalakan, saya bayangkan ketipung menuntun langkah per detik.”
Istilah Turbo Vortex lahir dari kebiasaan mencatat perubahan tempo dan durasi sesi. Raka memandangnya sebagai pusaran kecepatan yang harus dikawal, bukan dikejar.
Ia menandai momen awal, puncak, dan penutupan sesi memakai durasi yang konsisten. Tujuannya sederhana: menjaga disiplin agar tidak larut pada euforia.
Raka menulis kode warna pada setiap fase untuk menghindari bias ingatan. Hijau menandai fokus terbaik, kuning berarti waspada, dan merah menjadi sinyal berhenti yang wajib. Skema itu ditempel di meja kerja, mudah dilihat langsung tanpa menutup layar.
Total Rp87.400.000 tidak ia habiskan mentah-mentah. 60% dialokasikan untuk headset, sensor, dan PC rakitan.
Sisanya dipakai menyewa ruang kecil dan pelatihan singkat untuk pemandu. Raka memilih memasarkan sesi uji coba melalui kanal DOME234 tanpa narasi berlebihan.
Berikut pola yang ia pakai saat butuh struktur. Angka dan mode disesuaikan dengan ritme musik serta lama sesi.
Alasan utama pemilihan angka acak adalah menghindari kebiasaan mekanis dan menjaga disiplin berhenti.
Raka tidak menautkan ritme pada takhayul. Ia memperlakukannya sebagai kerangka kerja agar pikiran tidak terseret impuls.
Jeda napas tiga hitungan ia lakukan di tiap pergantian fase. Catatan kecil di samping layar membantu mengukur durasi dan menghindari sesi terlalu panjang.
Untuk pengenalan toko VR, DOME234 dipakai sebagai kanal komunikasi, bukan tempat menggiring ekspektasi berlebihan. Raka hanya menampilkan jadwal uji coba, harga, dan rute ke studio.
Tujuannya menumbuhkan rasa penasaran wajar dari komunitas sekitar. Ia percaya kedekatan layanan dan pengalaman langsung lebih berbicara daripada slogan panjang.
Konsep VR yang disiapkan Raka tidak menonjolkan perangkat, melainkan skenario cerita pendek. Pengunjung diajak berjalan melewati gang kota dengan suara Sunda kontemporer.
Durasi tiap sesi dibatasi 12 menit agar antrian bergerak wajar. Setelahnya, ada zona istirahat kecil untuk meredakan pusing dan berbagi tanggapan lisan.
Raka mengarsipkan masukan itu dalam lembar evaluasi mingguan. Catatan yang paling sering muncul adalah kebutuhan konten bertema perjalanan sekolah dan wisata alam.
Ia mengandalkan video pendek berformat vertikal untuk menjelaskan alur kunjungan. Teks singkat diletakkan di awal video supaya pesan tidak hilang tanpa suara.
DOME234 dipakai sebatas penanda jadwal dan pemesanan. Raka menolak bahasa berlebihan; cukup informasi dasar dan bukti visual yang relevan.
Transaksi dicatat harian melalui spreadsheet sederhana. Ringkasan mingguan dibagikan ke tim kecil untuk mengukur kapasitas dan kebutuhan peralatan tambahan.
Kisah ini menegaskan manfaat sederhana: musik yang tepat bisa menata fokus saat berinteraksi dengan game cepat. Ketika fokus tertata, keputusan bisnis ikut lebih rapi.
Raka mengunci prinsip berhenti ketika tempo jatuh dan merawat catatan. Hasilnya, modal Rp87.400.000 berubah menjadi rencana VR yang terstruktur dan realistis.